Mami menunggu di pintu setelah Lorna melepas Dewa pulang di pintu gerbang pagar.
“Sudah pulang?” tanyanya lembut.
Lorna mengangguk menghambur ke dalam pelukannya.
“Lorna mau mandi dulu, Mommy.”
“Mandilah. Daddy tadi menanyakanmu karena ponselmu tak bisa menghubungi. Mami bilang kalau kamu punya agenda dengan teman-temanmu.”
“Tadi kumatikan saat lagi kumpul biar tak mengganggu. Nanti setelah mandi akan kutelepon Daddy. Lorna tidur dengan Mommy, ya?”
“Ayo! Mami tunggu, Sweetheart!”
Maka setelah mandi dan keduanya sudah berada dalam kamar, Lorna menelepon Daddy sekitar sepuluh menit. Biasanya dia lakukan lebih lama, tapi saat ini dirinya sedang lelah sepulang dari rumah Dewa.
“Bagaimana hasilnya?” Maminya bertanya manakala keduanya berbaring telentang menghadap langit-langit kamar.
Lorna menyadari kepergiannya ke rumah Dewa bermaksud untuk meyakinkannya serta mau menandatangani berkas yang sudah dipersiapkan pengacara yang disediakan Maminya. Berkas itu kini ada dalam laci mobil.
“Tadi dalam telepon, Daddy sependapat.” kata Maminya seraya berpaling memandang puterinya.
Lorna mengatupkan pelupuk matanya.
“Tapi Lorna belum sempat memberitahu hal itu pada Dewa. Apakah pengacara dan teman Mommy jadi datang?”
Mami mengangguk.
“Kita menunggumu. Tapi tak apa. Dia akan berusaha menekan kasus Dewa melawan Timmy melalui kasusmu. Bukti dan saksi atas tuntutanmu kepada Timmy akan dijadikan dasar melemahkan tuduhan kepada Dewa. Tapi sebaiknya Dewa menerima didampingi pengacara.”
“Apakah masih perlu pernyataan tukang becak itu.”
“Ya, harus. Nanti biar teman Mamy yang menemuinya. Yang penting Lorna yang mengantarkan padanya.”
Lorna berpaling memeluk Maminya.
“Lorna takut Dewa ditahan Mommy. Kasihan Bundanya bila tinggal sendiri. Karena sudah diskor dari sekolah. Mulai besok Dewa berencana mengerjakan kolam Lorna di belakang sambil menunggu sidangnya.”
Nyonya Ivana membenamkan ujung hidungnya ke pipi puterinya sembari memeluknya hangat.
“Daddy akan mendampingimu bila sidang tuntutan digelar. Hanya saja kamu harus siap bila masalahnya akan menjadi heboh di sekolahmu kalau masuk berita di koran.”
“Lorna siap, Mom! Sebab tak selayaknya Dewa menerima semua itu, karena sesungguhnya dia korban sebagaimana Lorna.” jawab Lorna seraya mengecup bibir Maminya.
“Mami tahu, Sweetheart!”
Bagi Lorna tak ada yang lebih membahagiakan hatinya selain dukungan yang diberikan kedua orangtuanya saat dirinya menghadapi masalah.
“I love you, Mommy!”
“I love you too, Honey!”