Esok pagi sebelum masuk jam sekolah. Lorna mencari Pak Sumadi tukang becak yang kemarin mengantarkan ke Senaputra. Beruntung kedua orang yang ingin ditemui saat itu terlihat sedang menurunkan penumpang di depan pintu gerbang.
Lorna menghampiri. Pak Sumadi menyapa dulu.
“Selamat pagi Non Lorna!”
“Selamat pagi, Pak!”
Pak Sumadi lalu memanggil temannya yang kemarin dia ceritakan pada Lorna yang memiliki rekaman perkelahian Dewa dengan Timmy.
“Ini Kusno, Non, yang kemarin saya ceritakan.”
Maka Lorna berusaha minta bantuan keduanya untuk menyediakan waktu bertemu sepulang sekolah. Keduanya menyanggupi. Pak Sumadi sudah paham dengan maksud gadis cantik bermata biru itu. Dan dia pun menjelaskan pada temannya yang memiliki rekaman adegan perkelahian antara Dewa dan Timmy tempo hari.
Lorna segera masuk ke dalam sekolah meninggalkan ke dua lelaki itu yang kemudian berbincang serius.
Pak Sumadi lalu berusaha meyakinkan temannya agar bersedia membantu keinginan gadis itu. Hal itu terlihat saat keduanya dilihat Lorna sudah menunggunya di pintu gerbang saat pulang sekolah.
“Untung belum dihapus. Ini tak akan lama, Pak. Kulihat di hape Pak Kusno ada sarana bluetooth hingga mudah mentranster.”
“Sebenarnya untuk apa, Non?” tanya Pak Sumadi.
“Untuk membantu Mas Dewa, Pak.”
“Membantu apa, Non?” tanya Pak Kusno.
Untuk meyakinkannya lantas Lorna menceritakan dengan singkat apa yang sebenarnya telah terjadi. Dan itu membuat kedua lelaki itu merasa geram. Namun Lorna minta hal itu dirahasiakan dulu sampai masalahnya selesai. Oleh karena Pak Sumadi sudah mengenal Dewa dan Lorna maka tak ragu membantu.
Saat jam istirahat Lorna berharap mendapatkan pesan dari Dewa, namun tak menemukan catatan apapun yang ditinggalkan Dewa di bawah Majalah Dinding. Meski kecewa tak mendapatkan harapannya, sebaliknya tetap menuliskan pesan seperti dituturkan Dewa kemarin, berharap pesannya akan dibaca Dewa, dengan begitu keduanya bisa bertemu sepulang sekolah besok.
Namun esok pagi sebelum masuk kelas, hal pertama yang jadi perhatiannya adalah melihat catatan tersebut. Ternyata catatan itu masih utuh, belum terhapus. Dewa mengatakan akan menghapusnya bila sudah membacanya, artinya Dewa belum membaca pesan yang ditulisnya.
Siapa tahu Dewa berada di perpustakaan saat jam istirahat nanti. Namun Lorna tak menemukan keberadaannya di tempat itu. Bahkan bila hari tak hujan kerap melihat Dewa ikut terlibat bermain bola voli atau basket di lapangan bersama mereka yang suka memainkannya untuk mengisi jam istirahat, tapi Dewa tak dilihatnya.
Lorna enggan mencari di kelasnya. Banyak keenganan yang menyebabkan. Karena dia menghindari perhatian dari teman Dewa agar tak menilainya nampak seperti berusaha menlakukan pendekatan terhadap Dewa yang sejak masa orientasi sudah menjadi lirikan banyak gadis tak hanya dari mereka yang baru masuk di tahun ajaran, namun juga dari gadis-gadis di kelas di atasnya. Meski karakternya yang dingin, namun Dewa terasa ramah dalam bertegur sapa.
Lorna tak tahu harus bagaimana untuk bisa bertemu Dewa. Belakangan ini dia terasa meninggalkan kedua temannya Grace dan Rahma sebab sibuk berhubungan dengan Dewa secara diam-diam. Hubungannya dengan Dewa sengaja disembuyikan agar tidak menimbulkan sakit hati teman-temannya yang lain yang merasa sedang berusaha melakukan pendekatan dengan Dewa, seperti yang dilakukan Ndari.
“Kenapa kamu tak makan?” Tiba-tiba Rahma muncul dari belakang dan bertanya.
“Aku belum lapar. Mana Grace?”
“Masih di kantin dengan Tari. Eh, kamu sudah dapat undangan dari Ronal belum?”
“Undangan apa?”
“Ultahnya dia...”
“Memangnya kenapa?”
“Dua barusan menyebarkan ke teman-teman. Ultahnya dirayakan di McD Sarinah besok sepulang sekolah.”
“Kamu datang?”
“Tak enak bila tak datang karena undangan khusus buat semua teman sekelas. Dia bilang hanya perlu kehadiran kita bukan hadiah. Besok kesana sama aku ya?”
Lorna tak menjawab, sebab perhatiannya masih terfokus pada Dewa.
Undangan khusus pada Lorna sengaja disampaikan Ronal sendiri. Hal itu dilakukan saat bel istirahat berakhir. Ronal menghadangnya di pintu kelas.
“Semua sudah terima, tinggal kamu.” kata Ronal seraya memberikan sebuah amplop yang tentunya berisi undangan seperti yangh diberitahukan Rahma barus saja.
“Hadir ya?”
“Apa ini?” Lorna berpura-pura tidak tahu.
“Buka saja!”
“Nanti saja!”
“Ayo, bukalah!” Ronal memaksa.
“Ntar juga aku buka. Lihat Bu Kristin sudah muncul.” jawab Lorna berkelit. Bu Kristin mengajar biologi.
Lantaran sudah tahu apa maksud isi undangan, Lorna tak perlu membukanya. Undangan itu hanya diselipkan ke dalam tasnya.
Lorna tidak mengetahui bila hari ini Dewa tidak masuk sekolah. Seharusnya dia punya teman dekat dari kelasnya Dewa agar bisa memantau keberadaan Dewa. Meski sudah mengenal Ndari namun ada persoalan lain yang membuatnya enggan minta bantuan kepadanya. Kedekatan Ndari dengan Dewa justru tak bisa memanfaatkan mendapatkan info tentang Dewa setiap saat. Kedekatan Ndari dengan Dewa justru membuat perasan Lorna yang paling dalam merasa terganggu. Barangkali ada perasaan cemburu. Kecemburuan yang menurut Lorna cukup beralasan lantaran hubungannya dengan Dewa telah tumbuh semakin baik. Apalagi Lorna merasakan telah terjalin hubungan istimewa dengan Dewa. Benarkah? Benarkah ada jalinan hubungan istimewa antara keduanya selama ini?